Menyambut tahun 2012, Kantor Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana
(SKP BSB) mengingatkan bahwa Indonesia adalah
negara yang sangat patut mempersiapkan mitigasi
bencana secara benar dan baik. "Di tahun 2012, menyangkut potensi bencana,
setidaknya ada beberapa hal yang perlu diwaspadai
karena potensi bencananya yang tinggi, selain
bencana yang sedang terjadi," tutur keterangan dari
Kantor SKP BSB Yang diterima VIVAnews.com, Minggu
1 Januari 2012. Menurutnya, ada sembilan fenomena alam yang
penting dicermati dan diwaspadai. Pertama, ancaman
dari gempa-tsunami Mentawai (Siberut) 8,9 skala
Richter. Gempa ini dinilai dapat mengancam satu juta
lebih penduduk di Padang, Pariaman, Painan, dan
wilayah lain di Sumatera Barat serta Bengkulu, khususnya di sepanjang pesisir barat. Kedua, adanya potensi gempa di Selat Sunda, Selatan
Jawa Barat, serta gempa di sesar Cimandiri, sesar
Lembang Jawa Barat dan Bali. Selain itu, potensi
ancaman gempa di jalur patahan aktif besar seperti di
Patahan Palukoro-Matano di Sulawesi, Patahan Sorong
dan Tarerua-Aiduna di Irian. Dan banyak lagi sistem patahan besar di darat dan juga wilayah lautan
khususnya di Indonesia Timur yang belum banyak
diteliti dan dikenal orang. Ketiga, aktivitas gunung-gunung berapi. Aktivitas ini
dampak dari gempa Aceh 2004 dan Gempa Sendai,
Jepang 2011. Setelah letusan besar Merapi 2010,
sekarang dihadapkan dengan letusan khususnya
Gunung Gamalama dan aktivitas Krakatau serta 23
gunung lain yang berstatus Waspada dan Siaga. Keempat, adanya bahaya sekunder gunung api
terutama di sekitar aliran sungai paska letusan Merapi
2010. Potensi banjir longsoran material erupsi Merapi
mencapai 120 juta kubik. Kelima, potensi gempa dari patahan besar Sumatera
yang sudah cukup banyak diteliti. Selain itu gunung api
lainpun ada yang bisa menjadi kejutan bencana
terutama karena pengetahuan dan database
kegempaan gunung api di Indonesia masih minim. Untuk Patahan Sumatera, segmen yang sudah lama
bertapa termasuk di wilayah Aceh, Toba, Pasaman,
Bukit Tinggi ke Utara, Dempo, dan Teluk Semangko
serta Selat Sunda. Keenam, bencana lumpur Porong Sidoarjo yang masih
belum selesai. Serta belum adanya kepastian
penghitungan volume sumber lumpur yang masih
terus keluar dari dalam bumi. Proses subsidensi (penurunan tanah) dan fenomena
ikutannya berupa keluarnya gas hidrokarbon dari
dalam bumi lewat rekahan-rekahan, deteriorasi
kualitas lingkungan air tanah, udara dan rambatan
kerusakan dinamis pada infrastruktur di sekitar daerah
semburan (di luar tanggul) masih terus trjadi. Ketujuh, ancaman banjir di mana-mana. Khususnya
kota-kota besar seperti Jakarta dengan intensitas
sama seperti yang terjadi tahun 2002 dan 2007 dan
Semarang. Untuk di daerah-daerah, terutama di lereng-
lereng bukit juga sering disertai dengan bencana
longsor atau banjir bandang. Kedelapan, iklim yang sepertinya menjadi kian tidak
menentu dan ekstrim yang juga bisa menyebabkan
bencana, termasuk ancaman berbagai wabah
penyakit. Disamping adanya ancaman terhadap sistem
ketahanan pangan dan energi. Sembilan, meningkatnya frekuensi kejadian topan-
badai di laut, gelombang tinggi serta munculnya
fenomena angin ribut beliung akibat depresi lokal. Sembilan fenomena alam diatas, merupakan hasil
diskusi dan koordinasi yang dilakukan oleh Kantor SKP
BSB selama tahun 2011, baik yang diselenggarakan di
Istana, di Geotek LIPI, GREAT ITB dan lain-lain
(SKP BSB) mengingatkan bahwa Indonesia adalah
negara yang sangat patut mempersiapkan mitigasi
bencana secara benar dan baik. "Di tahun 2012, menyangkut potensi bencana,
setidaknya ada beberapa hal yang perlu diwaspadai
karena potensi bencananya yang tinggi, selain
bencana yang sedang terjadi," tutur keterangan dari
Kantor SKP BSB Yang diterima VIVAnews.com, Minggu
1 Januari 2012. Menurutnya, ada sembilan fenomena alam yang
penting dicermati dan diwaspadai. Pertama, ancaman
dari gempa-tsunami Mentawai (Siberut) 8,9 skala
Richter. Gempa ini dinilai dapat mengancam satu juta
lebih penduduk di Padang, Pariaman, Painan, dan
wilayah lain di Sumatera Barat serta Bengkulu, khususnya di sepanjang pesisir barat. Kedua, adanya potensi gempa di Selat Sunda, Selatan
Jawa Barat, serta gempa di sesar Cimandiri, sesar
Lembang Jawa Barat dan Bali. Selain itu, potensi
ancaman gempa di jalur patahan aktif besar seperti di
Patahan Palukoro-Matano di Sulawesi, Patahan Sorong
dan Tarerua-Aiduna di Irian. Dan banyak lagi sistem patahan besar di darat dan juga wilayah lautan
khususnya di Indonesia Timur yang belum banyak
diteliti dan dikenal orang. Ketiga, aktivitas gunung-gunung berapi. Aktivitas ini
dampak dari gempa Aceh 2004 dan Gempa Sendai,
Jepang 2011. Setelah letusan besar Merapi 2010,
sekarang dihadapkan dengan letusan khususnya
Gunung Gamalama dan aktivitas Krakatau serta 23
gunung lain yang berstatus Waspada dan Siaga. Keempat, adanya bahaya sekunder gunung api
terutama di sekitar aliran sungai paska letusan Merapi
2010. Potensi banjir longsoran material erupsi Merapi
mencapai 120 juta kubik. Kelima, potensi gempa dari patahan besar Sumatera
yang sudah cukup banyak diteliti. Selain itu gunung api
lainpun ada yang bisa menjadi kejutan bencana
terutama karena pengetahuan dan database
kegempaan gunung api di Indonesia masih minim. Untuk Patahan Sumatera, segmen yang sudah lama
bertapa termasuk di wilayah Aceh, Toba, Pasaman,
Bukit Tinggi ke Utara, Dempo, dan Teluk Semangko
serta Selat Sunda. Keenam, bencana lumpur Porong Sidoarjo yang masih
belum selesai. Serta belum adanya kepastian
penghitungan volume sumber lumpur yang masih
terus keluar dari dalam bumi. Proses subsidensi (penurunan tanah) dan fenomena
ikutannya berupa keluarnya gas hidrokarbon dari
dalam bumi lewat rekahan-rekahan, deteriorasi
kualitas lingkungan air tanah, udara dan rambatan
kerusakan dinamis pada infrastruktur di sekitar daerah
semburan (di luar tanggul) masih terus trjadi. Ketujuh, ancaman banjir di mana-mana. Khususnya
kota-kota besar seperti Jakarta dengan intensitas
sama seperti yang terjadi tahun 2002 dan 2007 dan
Semarang. Untuk di daerah-daerah, terutama di lereng-
lereng bukit juga sering disertai dengan bencana
longsor atau banjir bandang. Kedelapan, iklim yang sepertinya menjadi kian tidak
menentu dan ekstrim yang juga bisa menyebabkan
bencana, termasuk ancaman berbagai wabah
penyakit. Disamping adanya ancaman terhadap sistem
ketahanan pangan dan energi. Sembilan, meningkatnya frekuensi kejadian topan-
badai di laut, gelombang tinggi serta munculnya
fenomena angin ribut beliung akibat depresi lokal. Sembilan fenomena alam diatas, merupakan hasil
diskusi dan koordinasi yang dilakukan oleh Kantor SKP
BSB selama tahun 2011, baik yang diselenggarakan di
Istana, di Geotek LIPI, GREAT ITB dan lain-lain