LETUSAN GUNUNG SINABUNG
Sinabung bersama Sibayak di dekatnya adalah dua gunung berapi aktif di Sumatera Utara. Ketinggian gunung ini adalah 2.460 meter. Gunung ini menjadi puncak tertinggi di Sumatera Utara. Gunung ini belum pernah tercatat meletus sejak tahun 1600. Sejak 27 Agustus 2010, gunung ini mengeluarkan asap dan abu vulkanis. Pada tanggal 29 Agustus 2010 dini hari sekitar pukul 00.15 WIB (28 Agustus 2010, 17.15 UTC), gunung Sinabung mengeluarkan lava. Dua belas ribu warga disekitarnya dievakuasi dan ditampung di 8 lokasi. Abu Gunung Sinabung cenderung meluncur dari arah barat daya menuju timur laut. Sebagian Kota Medan juga terselimuti abu dari Gunung Sinabung. Bandar Udara Polonia di Kota Medan dilaporkan tidak mengalami gangguan perjalanan udara. Satu orang dilaporkan meninggal dunia karena gangguan pernafasan ketika mengungsi dari rumahnya.
Pada tanggal 3 September, terjadi 2 letusan. Letusan pertama terjadi sekitar pukul 04.45 WIB sedangkan letusan kedua terjadi sekitar pukul 18.00 WIB. Letusan pertama menyemburkan debu vuklkanis setinggi 3 kilometer. Letusan kedua terjadi bersamaan dengan gempa bumi vulkanis yang dapat terasa hingga 25 kilometer di sekitar gunung ini. Pada tanggal 7 September, Gunung Sinabung kembali metelus. Ini merupakan letusan terbesar sejak gunung ini menjadi aktif pada tanggal 29 Agustus 2010. Suara letusan ini terdengar sampai jarak 8 kilomer dan tersembur hingga 5.000 meter di udara.
LONGSOR TENJOLAYA
Terjadi pada 23 Februari 2010 di Tenjolaya, Pasirjambu, Bandung. Lokasi longsor meliputi 3 RT dari 15 RT di RW 18. Longsor ini menimbun 50 rumah bedeng milik buruh, longsor juga menimbun satu pabrik pengolahan teh, satu gedung olahraga, satu koperasi karyawan, satu puskesmas pembantu, dan satu masjid. Jumlah korban jiwa, akibat longsor berjumlah 45 orang, terdiri dari 12 orang laki-laki, 21 orang perempuan, dan 12 orang anak-anak berdasarkan dari data pengaduan dari masyarakat yang kehilangan anggota keluarga kepada posko penanganan bencana longsor. Para korban selamat longsor Tenjolaya mengungsi keberbagai tempat, diantaranya di Desa Sugihmukti, Pasirjambu, Cisondari, dan Tenjolaya di Kecamatan Pasirjambu, dan juga di Desa Rancabali dan Rawabogo Kecamatan Ciwidey. Pencarian korban longsor akan dilakukan hingga jam 12.00 pada 1 Maret 2010, apabila tidak ditemukan kembali korban longsor, maka lokasi longsor akan dijadikan kuburan masal.
BANJIR WASIOR
Adalah bencana banjir bandang yang terjadi pada 4 Oktober 2010 di Wasior, Teluk Wondama, Papua Barat. Banjir bandang terjadi, karena kerusakan hutan di Wasior, sehingga hujan tiada henti yang terjadi sejak Sabtu, 2 Oktober 2010 hingga Minggu, 3 Oktober 2010 menyebabkan Sungai Batang Salai yang berhulu di Pegunungan Wondiwoy meluap.
Banjir yang terjadi menyebabkan banyak infrastruktur di Wasior hancur termasuk lapangan udara di Wasior, sementara kerusakan juga menimpa rumah warga, rumah sakit, dan jembatan. Kerusakan yang terjadi disebabkan banjir yang terjadi membawa serta batu-batuan besar, batang-batang pohon, lumpur. Bencana banjir bandang yang terjadi juga mengganggu hubungan komunikasi, jaringan listrik terputus dan aktifitas masyarakat lumpuh.
Banjir bandang juga menyebabkan 110 orang tewas dan 450 orang masih dinyatakan hilang. Sementara sebagian korban luka-luka dibawa ke Manokwari dan Nabire. Sementara sebagian korban luka lainnya dan warga yang selamat ditampung di tempat-tempat pengungsian. Akibat banjir yang terjadi yang merusak rumah warga dan infrastruktur banyak warga yang selamat memutuskan mengungsi ke Manokwari dengan menggunakan kapal laut.
Banjir yang terjadi menyebabkan banyak infrastruktur di Wasior hancur termasuk lapangan udara di Wasior, sementara kerusakan juga menimpa rumah warga, rumah sakit, dan jembatan. Kerusakan yang terjadi disebabkan banjir yang terjadi membawa serta batu-batuan besar, batang-batang pohon, lumpur. Bencana banjir bandang yang terjadi juga mengganggu hubungan komunikasi, jaringan listrik terputus dan aktifitas masyarakat lumpuh.
Banjir bandang juga menyebabkan 110 orang tewas dan 450 orang masih dinyatakan hilang. Sementara sebagian korban luka-luka dibawa ke Manokwari dan Nabire. Sementara sebagian korban luka lainnya dan warga yang selamat ditampung di tempat-tempat pengungsian. Akibat banjir yang terjadi yang merusak rumah warga dan infrastruktur banyak warga yang selamat memutuskan mengungsi ke Manokwari dengan menggunakan kapal laut.
TSUNAMI MENTAWAI
Tsunami di kepulauan Mentawai ini terjadi pada tanggal 26 Oktober 2010. Tsunami ini diawali gempa berkekuatan 7,2 skala richter Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, telah menewaskan 112 orang, 502 lainnya dinyatakan hilang, dan 4.000 keluarga mengungsi. Tsunami yang terjadi di Mentawai adalah sebuah bencana yang tidak terduga dan tidak bisa diprediksi sehingga banyak jatuh korban saat peristiwa itu terjadi. Menurut data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Barat, korban dari Tsunami mencapai 445 orang.
Data BPBD menunjukkan korban jiwa terbesar berasal dari dusun Muntei sebanyak 114 orang dan dusun Sabeugunggung sebanyak 121 orang Desa Betumonga, Kecamatan Pagai Utara. Korban jiwa dalam jumlah besar juga dialami oleh masyarakat dusun Balerak Sok dan dusun Taparaboat, Desa Malakopa, Kecamatan Pagai Selatan. Korban jiwa mencapai 58 orang, sisa korban jiwa lainnya tersebar di Desa Bosua dan Desa Beriuleu di Kecamatan Sipora Selatan, Desa Bulasat di Kecamatan Pagai Selatan, Desa silabu di Kecamatan Pagai Utara, serta Desa Taikako di Kecamatan Sikakap. BPBD juga mencatat jumlah penduduk yang masih belum ditemukan mencapai 58 orang. Sedangkan jumlah korban luka berat sebanyak 175 orang dan luka ringan sebanyak 325 orang. Penduduk yang mengungsi pun mencapai ribuan orang. BPBD mencatat jumlah pengungsi dari empat kecamatan di Mentawai yang menjadi korban keganasan tsunami mencapai 15.353 jiwa.
Data BPBD menunjukkan korban jiwa terbesar berasal dari dusun Muntei sebanyak 114 orang dan dusun Sabeugunggung sebanyak 121 orang Desa Betumonga, Kecamatan Pagai Utara. Korban jiwa dalam jumlah besar juga dialami oleh masyarakat dusun Balerak Sok dan dusun Taparaboat, Desa Malakopa, Kecamatan Pagai Selatan. Korban jiwa mencapai 58 orang, sisa korban jiwa lainnya tersebar di Desa Bosua dan Desa Beriuleu di Kecamatan Sipora Selatan, Desa Bulasat di Kecamatan Pagai Selatan, Desa silabu di Kecamatan Pagai Utara, serta Desa Taikako di Kecamatan Sikakap. BPBD juga mencatat jumlah penduduk yang masih belum ditemukan mencapai 58 orang. Sedangkan jumlah korban luka berat sebanyak 175 orang dan luka ringan sebanyak 325 orang. Penduduk yang mengungsi pun mencapai ribuan orang. BPBD mencatat jumlah pengungsi dari empat kecamatan di Mentawai yang menjadi korban keganasan tsunami mencapai 15.353 jiwa.
LETUSAN GUNUNG MERAPI
Aktivitas seismik dimulai pada akhir September 2010, dan menyebabkan letusan gunung berapi pada hari Selasa tanggal 26 Oktober 2010, mengakibatkan sedikitnya 28 orang tewas, termasuk juru kunci Merapi, Mbah Maridjan. Menurut data dari Pudalops Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada hari Sabtu (13/11/2010) pukul 18.00 WIB, jumlah korban meninggal menjadi 240 jiwa.
Secara lebih rinci BNPB memaparkan bahwa dari 240 korban yang meninggal akibat letusan Gunung Merapi, terbanyak berasal dari Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta dengan jumlah 186 orang. Akibat luka bakar 157 orang dan non luka bakar 29 orang. Sedangkan korban yang meninggal lainnya berasal dari Klaten, Boyolali, dan Magelang. Di Klaten terdata lima orang meninggal akibat luka bakar dan 23 orang lainnya meninggal akibat non luka bakar. Sedangkan 7 orang meninggal di Boyolali dan 19 orang meninggal di Magelang, semuanya korban meninggal di kedua kabupaten tersebut diakibatkan non luka bakar.
Secara keseluruhan, jumlah korban yang dirawat inap dibeberapa Rumah Sakit di Sleman, Klaten, Boyolali, Magelang dan Kota Magelang sebanyak 486 pasien. Untuk jumlah pengungsi, tercatat total keseluruhan warga Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta yang mengungsi berjumlah 396.407 orang yang terbagi dari 637 titik pengungsi.
Secara lebih rinci BNPB memaparkan bahwa dari 240 korban yang meninggal akibat letusan Gunung Merapi, terbanyak berasal dari Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta dengan jumlah 186 orang. Akibat luka bakar 157 orang dan non luka bakar 29 orang. Sedangkan korban yang meninggal lainnya berasal dari Klaten, Boyolali, dan Magelang. Di Klaten terdata lima orang meninggal akibat luka bakar dan 23 orang lainnya meninggal akibat non luka bakar. Sedangkan 7 orang meninggal di Boyolali dan 19 orang meninggal di Magelang, semuanya korban meninggal di kedua kabupaten tersebut diakibatkan non luka bakar.
Secara keseluruhan, jumlah korban yang dirawat inap dibeberapa Rumah Sakit di Sleman, Klaten, Boyolali, Magelang dan Kota Magelang sebanyak 486 pasien. Untuk jumlah pengungsi, tercatat total keseluruhan warga Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta yang mengungsi berjumlah 396.407 orang yang terbagi dari 637 titik pengungsi.
LETUSAN GUNUNG BROMO
Setelah dinyatakan kondisi awas dalam 4 hari, akhirnya Gunung Bromo benar-benar meletus. Gunung yang terlhat sangat eksotik itu meletus sekitar pukul 17.22 WIB, Jum’at 26 November 2010. Letusan Gunung Bromo itu mencapai ketinggian sekitar 600 meter. Namun letusan pertama itu masih tergolong kecil. Beberapa hari setelah itu, bromo berulangkali mengeluarkan asap vulkanik, namun intensitasnya sudah menurun. Setelah dinyatakan menurun, justru kondisi letusan Gunung Bromo ini kembali meningkat hingga saat ini. Sampai saat ini Gunung Bromo masih dinyatakan terbuka untuk wisatawan dengan batasan tidak sampai lautan pasir. Meski begitu, sampai saat ini belum diketahui adanya korban jiwa akibat letusan gunung yang memiliki ketinggian 2.392 meter di atas permukaan laut (Dpl) itu.
1 komentar:
Bencana alam
Posting Komentar